Ada yang bilang kalau seseorang bermimpi maka dengan cepat ia akan kehilangan memori mimpi itu sebesar 50%. Maka dari itulah, aku tak mau bernasib sama dengan seorang pujangga yang tak selesai menuliskan bukunya karena ia lupa dengan mimpinya yang menawan. Jadi..
Aku tulis ini pukul 2 lebih 54 menit. Dan semua berawal ketika..
Aku tengah kemah besar lagi, atau disekolahku biasa disebut PTA, namun aku tak lagi menjadi panitia dengan mempunyai kakak kelas, melainkan benar- benar menjadi sorang kakak kelas. Dan seperti itulah, aku menjalani perkemahan itu. Tapi tiba- tiba semua berubah.
Suatu ketika, tiba- tiba aku berada disebuah ruang kelas, disitu ada mas *ceketit* yang tengah menulis sesuatu, dan ketika aku mengintip buku yang ia tulis aku merasa ada yang janggal.
Lalu dengan cepat. Aku beralih ke tempat lain. Aku ada dirumah neneku bersama keluargaku. Namun itu tak berlangsung lama. Karena..
Aku kembali keruangan dimana mas *ceketit* ada dan ia sedang menulis lagi. Ketika kuintip lagi, aku mulai mengenali isi tulisanya. Isinya seperti pengalaman yang pernah kualami dan yang kupostingkan ke blogku. Jantungku berdebar. Apa ini?
Akupun menungguinya menulis. Ia menulis terlihat amat serius. Sambil sesekali memperhatikanku dan menyembunyikan senyumnya. Dan aku, yang jelas- jelas menyukainya juga ikut menyembunyikan senyumku karena tiba- tiba saja di ruang itu ada dua orang temanku, si yusuf dan Bondan.
Lalu akupun mengintip lagi apa yang sedang ditulis mas *ceketit*. Betapa terkejutnya aku dengan apa yang ia tulis. Isinya mengenai kalau aku sedang jatuh cinta #denganya. Akupun tersentak. Apa ini?
Kutunggu ia lagi. Lalu aku yang sudah tidak sabar, menghampirinya dan merebut catatanya. Di halaman yang terakhir ia tulis terdapat hanya ada dua kata, yakni nama anak. Aqidha. Dan sepertinya, dalam mimpiku Aqidha adalah teman baikku dan aku berusaja mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Akupun memarahi mas *ceketit* karena ia salah menulis nama yang seharusnya Aqidha tapi ia tulis aqinha.
Akupun mulai membuka- buka buku catatan itu. Aneh, tiba- tiba saja buku catatan yang sebenarnya tampak seperti buku diary itu berubah menjadi buku yang sudah siap untuk diterbitkan. Aku tau mas *ceketit* memang handal dalam hal ini, dan kulihat sampul buku itu ia desain sendiri. Dan aku ingat, di halaman awal ada sebuah quote kecil. Yang berbunyi..
“Siapapun yang tahan ngupil sejam didalam mobil. Pasti nggak da yang mampu. Daripada waktu habis buat ngupil, mending baca aja saja buku kontecxsultasi, *entahalah judulnya agak rumit. Lalu ada grafiti harga buku itu sebesar 17.250 rupiah. Background sampulnya berwarna kuning.
Lalu aku jelajah isinya, terdapat beberapa kolom dengan judul yang membuatku tersentak. Salah satunya My Love Irits Ida. Apa ini? Apa arti kata Irits?
Aku tak sanggup membuka halaman itu, akupun mulai menjelajah lagi. Dan...
Ada banyak fotoku disana. Sepertinya, disana aku bergabung dengan girlband karena aku berkata “Pasti nyarinya pake kata 7icon makanya fotonya begini, tadinya pake kata SNSD”. Dan akupun malu karena fotoku terpampang dibukunya. Apa ini?
Mas *ceketit* tiba- tiba berkata sesuatu yang tidak jelas dan aku mendengar suatu kata “ ceketit #namawanita”. Kata itu tiba- tiba memupuskan harapanku padanya mengenai buku ini.
Lalu kucek lagi halaman yang berisi cintanya padaku. Dan kubuka halaman tanpa judul bab. Disitu terdapat berbagai ceritaku yang tengah bahagia karena bisa berdekatan, berpandangan, bercerita, dan hal menyenangkan lainnya yang kualami bersama mas *ceketit*. Oh Tuhan, aku semakin galau. Jadi buku ini untuk siapa?
Kedua temanku itu mendengar dan melihat kami secara khusyuk. Aku hendak bertanya pada mas *ceketit*, buku apa ini? Saat itulah aku melihat...
Mas *ceketit* menitikan air mata, aku yang sadar tiba- tiba terdiam dan memandanginya.. air mata mas *ceketit* kembali jatuh. Kupanggil namanya “mas *ceketit*”. Masih hening. “mas *ceketit*”. Tetap tak bersuara. “mas *ceketit*”. Lalu dalam tangisnya diapun berkata...
“kamu mau tahu, sebenarnya? Seberapa tulus aku mencintai kamu? Kamu mau tau? Mau tau setulus apa? Setulus...
Sebelum mas *cektit* selesai mengucapkan kata- kata itu. Aku perlahan membuka kedua mataku. Dengan susah payah mengumpulkan nyawaku yang tengah berada di alam mimpi. Akupun menyadari, bahwat tadi hanya mimpi.
Suasana hening. Tak ada rasa bahagia, yang ada hanya rasa aman, nyaman, dan damai. Aku merasa setenang itu setelah memimpikannya.
Dan segera saja kutulis pengalaman ini. Dan entah mengapa, saat menulis ini air mataku berlinang tak seijin aku. Mimpi itu terlalu nyata..
Sabtu, 10 September 2011
Selesai pukul 3 lebih 31 menit.
0 comment:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkujung dan membaca kiriman saya. Kirim balik komentar kalian :)