Setahun ternyata telah terlewati, anak perempuan kecil itu
naik kelas. Ia tak lagi duduk di kelas satu. Ia berhasil naik tingkatan dengan
hasil akhir yang memuaskan kedua orang tuanya, meskipun ia tak mengerti dengan
angka- angka sembilan yang tertulis di buku yang diberikan kepada kedua orang
tuanya. Ia hanya paham bersembunyi dan berlari secepat- cepatnya saat bermain
petak umpet.
Kelasnya
kembali baru dengan anak- anak kecil yang lama, masih sama. Dengan suasana yang
sama. Namun, ia mulai mengerti akan harta karunnya. Mengapa ia selalu
memperhatikan harta karunnya itu. Dan tersenyum meskipun ia tak pernah
menginginkan senyum, dan merasa sesak meskipun ia tahu ia masih di planet bumi
yang kaya oksigen.
Hingga
suatu ketika. Kala siang, saat makhluk- makhluk lainnya tengah mengerumuni
pedagang makanan. Ia bertahan di kelas bersama dua makhluk, buka Lia atau Fima.
Makhluk ini juga memakai rok, hanya saja lebih pendek dan tambun namun
berhidung mancung namanya Salsa, Nurina Salsabila dan Atika Nurul Karomah, Tika
yang bermata besar dengan gigi geligi yang besar.
Dibawah
kolong meja, mereka duduk saling berhadapan. Anak perempuan kecil itu terkejut
ketika makhluk yang bernama Salsa bersaksi bahwa dirinya menyukai Ronggo. Buku-
buku, pensil, meja kursi, papan tulis, lantai kelas, dan sinar matahari
menemaninya menjadi saksi akan kata- kata yang telah diucapkan. Hanya saja,
hanya ia yang tersentak tak percaya bahwa makhluk itu telah mengatakan hal yang
tak pernah ada di benak anak perempuan kecil itu. Salsa meminta anak perempuan
kecil itu dan Tika untuk merahasiakan kata- katanya.
Barulah
ia menyadari, sebuah kata yang tak terlintas dalam pikiran polosnya. Kata yang
dalam kamus hidupnya begitu asing jika dipadukan dengan sebuha makhluk
bercelana dan berambut belah tengah. Ia tak bisa tidur dan memikirkan arti dari
ucapan makhluk itu siang itu.
Suka,
yang ia tahu. Ia suka dengan acara kartun di tv atau ia suka jika diajak jalan-
jalan oleh ayahnya atau ia suka jika dibelikan jajanan enak. Tapi ia tak pernah
tahu, jika ada suka terhadap makhluk bercelana dan berambut belah tengah.
Sejak
saat itu, ia tak menyadari bahwa ia akan masuk dalam hutan lebat dengan penuh
pohon tanda tanya dan tanda seru yang bisa saja menyesatkannya kapan saja. Tak
ada makhlukpun yang bisa mengatakan padanya untuk berhati- hati dalam hutan
lebat yang disebut perasaan itu.
0 comment:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkujung dan membaca kiriman saya. Kirim balik komentar kalian :)